2020-10-27 HAIXUNPRESS
BEIJING, 26 Oktober 2020 /HAIXUNPRESS/ -- Pada Jumat lalu, Tiongkok menggelar sebuah acara yang memperingati 70 tahun aksi tentara Sukarela Rakyat Tiongkok (Chinese People's Volunteers/CPV) ketika memasuki Republik Demokratik Rakyat Korea (RDRP) dalam Perang Melawan Agresi Korea dan Bantuan untuk Korea (1950-1953).
Mengenang Perang
Dalam pidatonya, Presiden Tiongkok mengangkat kemenangan besar dalam Perang Melawan Agresi Amerika Serikat dan Bantuan untuk Korea. Kemenangan ini akan selamanya terpatri dalam sejarah bangsa Tiongkok, serta sejarah perdamaian, perkembangan, dan kemajuan umat manusia.
Xi memuji makna penting dari sejarah Perang Melawan Agresi Tiongkok dan Bantuan untuk Korea, serta menekankan, peran "perang besar" ini dalam menentang invasi dan ekspansi imperialisme, serta melindungi keamanan Tiongkok Baru (New China).
Perang tersebut juga menjaga ketentraman warga Tiongkok, menstabilkan situasi Semenanjung Korea, dan menegakkan perdamaian di Asia serta dunia, menurut Xi.
Delapan bulan setelah Republik Rakyat Tiongkok didirikan, Perang Korea pecah pada Juni 1950. Perang ini lalu menjalar ke Sungai Yalu, sungai perbatasan Tiongkok-RDRP, serta menghancurkan Dandong, kota di Timur Laut Provinsi Liaoning, Tiongkok. Banyak gedung dibom dan warga sipil tewas dalam serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat.
Sewaktu itu, angkatan bersenjata yang dimiliki Tiongkok sebagai negara baru masih belum lengkap, tanpa angkatan udara dan laut. Namun, atas permintaan RDRP, tentara CPV memasuki Semenanjung Korea pada Oktober 1950 untuk membantu RDRP hingga gencatan senjata tercapai pada 1953.
Presiden Xi berkata bahwa kemenangan ini membuktikan peran kuat Tiongkok di Timur, dan kemenangan tersebut menjadi dasar bagi status Tiongkok Baru di Asia serta dunia internasional.
Meneruskan semangat CPV
Sebanyak 2,9 juta tentara CPV bergabung dalam pertempuran selama dua tahun dan sembilan bulan. Lebih dari 197.000 di antaranya gugur dalam medan tempur.
Xi memuji patriotisme luar biasa yang ditunjukkan CPV saat bertempur melawan musuh yang kuat, dan mengajak rakyat Tiongkok untuk meneruskan semangat tersebut di era baru, dan berupaya untuk mewujudkan revitalisasi bangsa.
Xi mengulas sikap tentara CPV yang menunjukkan patriotisme, kepahlawanan, optimisme, pengabdian terhadap misi, serta semangat untuk memperjuangkan perdamaian dunia dan keadilan dalam peperangan. Semua prinsip ini harus diwarisi dari generasi ke generasi, menurut Xi.
Presiden Tiongkok juga mengatakan, kegigihan yang terbentuk sepanjang perang kelak menginspirasi warga Tiongkok dan segenap bangsa untuk menentang hegemoni, serta bersatu dan meningkatkan kemampuan berjuang dengan tekad untuk mengatasi seluruh tantangan dan kesulitan yang ditemui dalam upaya tersebut.
Menjaga perdamaian dunia
Dengan mengenang perang tersebut, Tiongkok tidak bermaksud untuk menyebarkan kebencian. Namun, Tiongkok memanfaatkan momen ini untuk mempelajari keberanian dari sejarah demi mengatasi berbagai tantangan baru pada masa kini, serta mempromosikan perdamaian dan perkembangan dunia secara lebih baik.
Dalam pidatonya, Xi menekankan, kemenangan perang telah membuktikan keadilan akan mengalahkan kekuasaan, dan perkembangan yang tercapai dalam perdamaian adalah momen bersejarah yang tak bisa diputarbalikkan.
Dia mengimbau upaya untuk menjaga perdamaian dan keadilan dunia, serta menyebutkan peran Tiongkok sebagai negara penting yang bertanggung jawab dan siap bekerja sama dengan masyarakat dunia guna membangun komunitas yang memiliki masa depan bersama untuk kemanusiaan.
Tiongkok telah mempertegas langkahnya untuk mewujudkan kebijakan pertahanan nasional yang bersifat defensif. Presiden Xi turut mengemukakan keandalan tentara Tiongkok yang selalu menjaga perdamaian dunia.
Xi juga berkata bahwa rakyat Tiongkok menghargai perdamaian, namun tak akan pernah berkompromi ketika menghadapi ancaman atau tunduk oleh tekanan.
"Tiongkok tidak pernah mencari hegemoni atau ekspansi, dan sangat menentang hegemonisme dan politik kekuasaan," kata Xi, sambil mengatakan, Tiongkok tidak akan pernah membiarkan kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunannya terancam.
Rakyat Tiongkok bersikap tegas dan percaya diri, sambil menatap prospek cerah untuk revitalisasi bangsa, seperti yang ditegaskan Xi.